Suarasitaronews.com-Mesir : Pemerintahan baru Mesir bisa jadi menggali kuburan mereka sendiri.
Penyebabnya, pemasungan atas kebebasan pers dengan mengirimkan tiga
jurnalis dari stasiun televisi tersohor Al Jazeera ke penjara. Mereka
dituding membantu kelompok Ikhwanul Muslimin lewat pemberitaan palsu
serta membahayakan keamanan nasional.
Peter Greste, Muhammad Fahmi, dan Baher Muhammad telah ditahan di Ibu Kota Kairo sejak Desember lantaran berita- berita
mereka dianggap mendukung Muhammad Mursi, presiden terguling Mesir.
Mereka dipenjara masing-masing tujuh tahun, dan Muhammad satu dekade.
Ketiga wartawan ini telah menolak tudingan konspirasi mereka bersama
Ikhwanul Muslimin dan mengajukan banding. Pemerintah Mesir juga tidak
bisa memberikan bukti-bukti kuat keterlibatan mereka dengan kelompok
itu. "Kami hanya menjalankan tugas," ujar Muhammad.
Keputusan mengirimkan Greste, mantan jurnalis stasiun televisi BBC
dan Fahmi mantan jurnalis stasiun televisi CNN ke balik jeruji besi
mendapat perlawanan dari para pegiat dan pemburu berita sejagat. Tak
hanya itu, Fahmi yang punya kewarganegaraan ganda yakni Mesir dan Kanada
turut mendapat dukungan dari pemerintahan Ibu Kota Ottawa. Menteri
Dalam Negeri Kanada Lynne Yelich mengatakan sangat kecewa dengan
keputusan pengadilan itu. Ibu dari Fahmi bahkan jatuh pingsan di ruang
peradilan. "Apa yang dia lakukan, siapa yang dia bunuh?" kata perempuan
itu.
Tak hanya Greste, Fahmi, dan Muhammad, menurut organisasi nirlaba
Komite Perlindungan Jurnalis yang mengadvokasi kebebasan pers sejagat
melansir setidaknya ada tiga wartawan juga dikenakan hukuman serupa
yakni Sue Turton dan Dominic Kane dari Al Jazeera serta Rena Netjes,
seorang koresponden surat kabar asal Belanda Parool.
Sementara CNN secara tegas mengatakan dukungan mereka pada Al
Jazeera. Kedua stasiun televisi itu memang cukup lama sering bekerja
sama saling mendukung pemberitaan dan materi diperlukan saat penyiaran.
"Kebebasan media harus dilindungi dan jurnalis harus dibebaskan agar
bisa bekerja tanpa rasa takut. Kami menyerukan agar mereka segera
dibebaskan," ujar salah satu pembawa acara CNN Timur Tengah Christiane
Amanpour. Stasiun televisi ini mengajak internasional berpartisipasi
dalam gerakan bebaskan staf Al Jazeera dengan hastag.
Amanpour juga mengatakan di Mesir jika kita berusaha obyektif dalam
pemberitaan justru dianggap teroris. Pemerintahan di sana berupaya
membungkam kebenaran. Menurut ketua tim produksi Al Jazeera Mostefa
Souag pemerintah Negeri Sungai Nil itu telah menakuti warga dan media.
Namun duta besar Mesir untuk Inggris mengatakan hukuman telah sesuai
dengan penyelidikan dan bukti-bukti selama enam bulan mereka diproses.
Pengadilan juga memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk naik banding.
Kebebasan berekspresi maupun penyampaian pendapat semua telah diatur di
konstitusi baru Mesir.(Merdeka.com)
0 komentar:
Post a Comment