Suarasitaronews.com-Surabaya : Tak terima dengan pemberitaan di tvOne, yang menurut DPC PDIP Kota Surabaya, tvOne terlalu memojokkan PDIP dan capresnya sehingga mereka mengecam pemberitaan yang ditayangkan tvOne. Untuk menangkal black campaign, PDIP juga meminta kadernya untuk
selalu siaga dan waspada.
"Kami mengecam tvOne, yang telah memanfaatkan kebebasan pers, dengan menyiarkan berita palsu dan bohong," kata Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, seperti yang dilansir detikcom, Kamis (3/7).
Ia menambahkan, jajaran partainya meminta tvOne untuk menghentikan berbagai pemberitaan palsu dan bohong, yang telah memojokkan PDIP dan Jokowi.
"Hentikan semua pemberitaan yang tidak sehat, yang telah merusak suasana Pilpres menjadi penuh fitnah, karena itu telah menjauhkan pesta demokrasi sebagai warahan kegembiraan rakyat," tegasnya.
Whisnu yang juga Wakil Wali Kota Surabaya ini menambahkan, isu tentang PKI pada abad 21 ini sudah tidak punya konteks dan menganggap komunisme sudah mati. Menurutnya, pada situasi normal, kerjasama partai-partai politik di Indonesia dengan PKC di Tiongkok bisa dimengerti banyak pihak.
Dia mencontohkan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dan pengurus teras partai tersebut pernah meneken kerjasama dengan PKC di Tiongkok, setelah kedua belah pihak bertemu di Beijing dan Jakarta.
"Namun dalam konteks pilpres ini, tvOne telah menggoreng isu kerjasama serupa oleh PDIP, diberi bumbu isu komunisme, untuk menghancurkan keterpilihan Jokowi di mata rakyat," tuturnya sambil menambahkan, gejala tak sedap tersebut sudah dijelaskan kepada semua pengurus dan kader partai hingga tingkat kecamatan dan kelurahan, yang dikumpulkan pada kemarin malam.
Termasuk ada upaya grand design yang ingin merusak pikiran dan kesadaran masyarakat seperti, beredarnya Tabloid Obor Rakyat, pemberitaan tvOne, kicauan 'Jokowi Sinting' oleh petinggi PKS Fahri Hamzah melalui sosial media terkait ide penetapan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional.
"Bahwa permainan sudah menjurus kotor, kasar dan ngawur. Kami waspadai provokasi dan adu domba yang merusak rakyat. Semua siaga dan waspada, karena semakin jelas ada upaya sistematis untuk merusak pikiran dan kesadaran rakyat," tandasnya(detik.com)
"Kami mengecam tvOne, yang telah memanfaatkan kebebasan pers, dengan menyiarkan berita palsu dan bohong," kata Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, seperti yang dilansir detikcom, Kamis (3/7).
Ia menambahkan, jajaran partainya meminta tvOne untuk menghentikan berbagai pemberitaan palsu dan bohong, yang telah memojokkan PDIP dan Jokowi.
"Hentikan semua pemberitaan yang tidak sehat, yang telah merusak suasana Pilpres menjadi penuh fitnah, karena itu telah menjauhkan pesta demokrasi sebagai warahan kegembiraan rakyat," tegasnya.
Whisnu yang juga Wakil Wali Kota Surabaya ini menambahkan, isu tentang PKI pada abad 21 ini sudah tidak punya konteks dan menganggap komunisme sudah mati. Menurutnya, pada situasi normal, kerjasama partai-partai politik di Indonesia dengan PKC di Tiongkok bisa dimengerti banyak pihak.
Dia mencontohkan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dan pengurus teras partai tersebut pernah meneken kerjasama dengan PKC di Tiongkok, setelah kedua belah pihak bertemu di Beijing dan Jakarta.
"Namun dalam konteks pilpres ini, tvOne telah menggoreng isu kerjasama serupa oleh PDIP, diberi bumbu isu komunisme, untuk menghancurkan keterpilihan Jokowi di mata rakyat," tuturnya sambil menambahkan, gejala tak sedap tersebut sudah dijelaskan kepada semua pengurus dan kader partai hingga tingkat kecamatan dan kelurahan, yang dikumpulkan pada kemarin malam.
Termasuk ada upaya grand design yang ingin merusak pikiran dan kesadaran masyarakat seperti, beredarnya Tabloid Obor Rakyat, pemberitaan tvOne, kicauan 'Jokowi Sinting' oleh petinggi PKS Fahri Hamzah melalui sosial media terkait ide penetapan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional.
"Bahwa permainan sudah menjurus kotor, kasar dan ngawur. Kami waspadai provokasi dan adu domba yang merusak rakyat. Semua siaga dan waspada, karena semakin jelas ada upaya sistematis untuk merusak pikiran dan kesadaran rakyat," tandasnya(detik.com)
0 komentar:
Post a Comment