Kadis Dinkes, Dr. Samuel Raule, M.Kes |
Suarasitaronews.com-Ondong Siau : Kusta atau Lepra, dalam bahasa kedokteran
dikenal penyakit Hansen/ Morbus Hansen yaitu penyakit menular kronis
yang disebabkan oleh Mycrobacterium Leprae. Penyakit ini sebenarnya
sudah tidak asing lagi oleh masyarakat Bumi Karangetang.
Menurut Aktifis warga asal Siau Timur Selatan (Sitimsel) Yosep Takasili menjelaskan, Dahulu, oleh masyarakat Sitaro penyakit ini diyakini sebagai pengaruh dari kekuatan mistis yaitu sihir dan bahkan juga ada sebagian masyarakat yang meyakini penyakit ini disebabkan oleh kutukan atau karma.
Menurut Aktifis warga asal Siau Timur Selatan (Sitimsel) Yosep Takasili menjelaskan, Dahulu, oleh masyarakat Sitaro penyakit ini diyakini sebagai pengaruh dari kekuatan mistis yaitu sihir dan bahkan juga ada sebagian masyarakat yang meyakini penyakit ini disebabkan oleh kutukan atau karma.
"Sehingga, orang yang menderita penyakit
kusta sering diasingkan, dikucilkan dan bahkan diusir keluar kampung oleh masyarakat." cutusnya ketika ditemui Selasa, (22/07) kemarin.
Yosep mengatakan, inilah yang menjadikan sebagian besar penderita kusta lebih memilih menyimpan diri dan menghindari pergaulan dengan masyarakat karena malu dan takut dengan penyakit yang dideritanya.
Dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sitaro Dr. Samuel Raule MKes kepada awak media, bahwasanya perjalanan penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan ini menimbulkan perasaan takut dan jijik yang berlebihan terhadap penderita kusta.
Yosep mengatakan, inilah yang menjadikan sebagian besar penderita kusta lebih memilih menyimpan diri dan menghindari pergaulan dengan masyarakat karena malu dan takut dengan penyakit yang dideritanya.
Dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sitaro Dr. Samuel Raule MKes kepada awak media, bahwasanya perjalanan penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan ini menimbulkan perasaan takut dan jijik yang berlebihan terhadap penderita kusta.
Meskipun saat
penderita telah dinyatakan sembuh secara medis, akan tetapi predikat
sebagai penderita kusta tetap melekat pada diri penderita seumur
hidupnya. Sehingga, menurutnya hal inilah yang mengakibatkan penderita
merasa malu, kecewa, tidak berharga dan tidak berguna serta takut akan
dikucilkan oleh masyarakat."Jelasnya
Terkadang, lanjut Raule, akibat dari stigma ini penderita menerima diskriminasi pada sarana dan pelayanan publik, seperti sekolah, pekerjaan, sarana ibadah bahkan pada sarana kesehatan oleh petugas kesehatan yang seharusnya memberikan pelayanan kepada penderita.
Terkadang, lanjut Raule, akibat dari stigma ini penderita menerima diskriminasi pada sarana dan pelayanan publik, seperti sekolah, pekerjaan, sarana ibadah bahkan pada sarana kesehatan oleh petugas kesehatan yang seharusnya memberikan pelayanan kepada penderita.
" Dan
akibat dari stigma dan diskriminasi ini dapat
menghambat penemuan penderita kusta secara
dini, stigma dan diskriminasi ini masih sering dijumpai dimasyarakat Sitaro",
ungkap Raule.
Menurutnya, untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi dibutuhkan motivasi dan komitmen yang kuat dari semua.
Menurutnya, untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi dibutuhkan motivasi dan komitmen yang kuat dari semua.
"Dibutuhkan motivasi dan
komitmen yang kuat dari kita semua untuk
merubah pola pikir baik penderita maupun
masyarakat sehingga masyarakat dapat
menerima serta membantu penderita maupun orang pernah menderita kusta agar tetap sehat
dan mampu menjaga kesehatan secara
mandiri"terang Raule.(Rags)
0 komentar:
Post a Comment