Suarasitaronews.com-Jakarta : Direktur
Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan, Agung Kuswandono,
mengungkapkan, nelayan-nelayan daerah perbatasan Indonesia dan Timor
Leste lebih memilih menjual bahan bakar minyak (BBM) ketimbang mencari
ikan.
Di kantor
Kementerian Keuangan, Jumat 6 Juni 2014, Agung menjelaskan, disparitas
harga BBM bersubsidi yang begitu besar ketika dijual di Timor Leste,
membuat negara tersebut menjadi konsumen setia BBM selundupan asal
Indonesia.
"Timor Leste itu tempat penyelundupan BBM," ungkapnya.
BBM yang
diselundupkan, menurut Agung, tidak hanya BBM bersubsidi dan yang sudah
diolah, tapi juga minyak mentah."Jadi, mereka (nelayan) bawa sekian
drum BBM, dia ambil disparitas harga itu tadi," ujarnya.
Modus "kencing
bensin" yang dilakukan nelayan ini ternyata tidak hanya dilakukan oleh
nelayan di perbatasan Indonesia-Timor Leste, di kawasan Kepulauan Riau,
modus serupa digunakan. Tidak tanggung-tanggung, ratusan kapal nelayan
terlibat dalam upaya penyelundupan tersebut
"Kalau setiap kapal bawa 3-4 drum, sudah berapa banyak, sedangkan ada 500an kapal yang lalu lalang tiap harinya," tambahnya.
Upaya
pencegahan dan penindakan bukan tidak dilakukan, pihak Bea dan Cukai
menurut dia, berupaya keras untuk meredam pelanggaran tersebut. Namun,
hal tersebut ada batasnya, karena bukan sepenuhnya tugas pokok dan
fungsi Bea dan Cukai.
"Penyelundupan oleh nelayan ini tidak mudah diredam, karena ada efek sosialnya," imbuhnya.
Dalam
kesempatan berbeda, Menteri Keuangan, M. Chatib Basri, mengungkapkan hal
yang sama, upaya penyelundupan pasti ada ketika permintaan di daerah
luar perbatasan lebih besar dan harga yang dijual lebih mahal.
"Pokoknya negara yang berbatasan dengan negara yang demand-nya tinggi pasti banyak penyelundupan," tambahnya. (Viva.co.id)
0 komentar:
Post a Comment