Suarasitaronews.com-Jakarta : Hasil hitung cepat (quick count)
pemungutan suara Pemilu 2014 yang dirilis sejumlah lembaga survei sejak
Rabu kemarin, menunjukkan bahwa PDI Perjuangan tidak berhasil meraih
perolehan suara lebih dari 20 persen.
Situasi itu ikut
direspons pelaku pasar. Pada transaksi Kamis 10 April 2014, sejumlah
saham di Bursa Efek Indonesia merosot tajam.
Indeks harga saham
gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pergerakan saham di bursa Jakarta
melemah lebih dari 3 persen pada penutupan perdagangan kemarin. Indeks
berakhir turun 155,67 poin (3,16 persen) ke level 4.765,73.
Meski masih menunggu
hasil penghitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum, partai oposisi itu
dianggap "gagal" memenangkan Pemilu 2014, dengan dukungan perolehan
suara yang mencukupi syarat pengajuan calon presiden tanpa harus
berkoalisi dengan partai lain.
Dengan kata lain, PDI Perjuangan harus bersabar untuk mengusung Joko Widodo yang merupakan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai capresnya secara mandiri untuk Pemilihan Presiden pada Juli mendatang.
Pengamat pasar modal Indonesia, Edwin Sinaga, kepada VIVA.co.id menjelaskan bahwa kegagalan partai dengan logo banteng kekar bermoncong putih itu, berdampak pada munculnya kekhawatiran pasar mengenai pemerintahan yang terbentuk ke depan akan tetap tak bisa bebas dari politik kompromi.
"Dengan hasil ini, efeknya akan terjadi koalisi untuk mengusung capres," ujar Edwin saat dihubungi Kamis.
Pelaku pasar, ia melanjutkan, sebenarnya mengharapkan PDI Perjuangan bisa memenangkan Pemilu 2014 dengan dukungan suara yang besar. Sebab, raihan suara yang besar menjadi modal politik untuk membentuk pemerintahan yang lebih baik secara mandiri. Dengan demikian, kemungkinan membentuk kabinet yang sebagian besar diisi para profesional semakin besar.
Namun, ia melanjutkan, kenyataan yang terjadi dari hasil quick count memicu kekhawatiran akan masa depan perekonomian Indonesia mengalami kebuntuan kebijakan pun muncul kembali.
"Kalau situasinya begini, mau tidak mau kan PDIP harus koalisi, ada bargain di situ," kata dia.
Walaupun begitu, menurut Edwin, pasar memandang Joko Widodo atau kerap disapa Jokowi itu masih bisa unggul dibanding tokoh atau kandidat lainnya dalam Pilpres nanti.
"Market sepertinya belum melihat potensi lain menang di Pilpres, masih Jokowi lah. Masalahnya cuma harus terjadi kompromi, terbelenggu kepentingan politik dan sebagainya," kata Edwin.
Sebelumnya, ia melanjutkan, pasar mengharapkan Pemilu 2014 bisa menunjukkan hasil yang tuntas bagi kepentingan membentuk pemerintahan bersih dari kompromi politik. "Tapi, kan ternyata hasilnya tidak bisa seperti itu," kata Edwin. (Viva.co.id)
Dengan kata lain, PDI Perjuangan harus bersabar untuk mengusung Joko Widodo yang merupakan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai capresnya secara mandiri untuk Pemilihan Presiden pada Juli mendatang.
Pengamat pasar modal Indonesia, Edwin Sinaga, kepada VIVA.co.id menjelaskan bahwa kegagalan partai dengan logo banteng kekar bermoncong putih itu, berdampak pada munculnya kekhawatiran pasar mengenai pemerintahan yang terbentuk ke depan akan tetap tak bisa bebas dari politik kompromi.
"Dengan hasil ini, efeknya akan terjadi koalisi untuk mengusung capres," ujar Edwin saat dihubungi Kamis.
Pelaku pasar, ia melanjutkan, sebenarnya mengharapkan PDI Perjuangan bisa memenangkan Pemilu 2014 dengan dukungan suara yang besar. Sebab, raihan suara yang besar menjadi modal politik untuk membentuk pemerintahan yang lebih baik secara mandiri. Dengan demikian, kemungkinan membentuk kabinet yang sebagian besar diisi para profesional semakin besar.
Namun, ia melanjutkan, kenyataan yang terjadi dari hasil quick count memicu kekhawatiran akan masa depan perekonomian Indonesia mengalami kebuntuan kebijakan pun muncul kembali.
"Kalau situasinya begini, mau tidak mau kan PDIP harus koalisi, ada bargain di situ," kata dia.
Walaupun begitu, menurut Edwin, pasar memandang Joko Widodo atau kerap disapa Jokowi itu masih bisa unggul dibanding tokoh atau kandidat lainnya dalam Pilpres nanti.
"Market sepertinya belum melihat potensi lain menang di Pilpres, masih Jokowi lah. Masalahnya cuma harus terjadi kompromi, terbelenggu kepentingan politik dan sebagainya," kata Edwin.
Sebelumnya, ia melanjutkan, pasar mengharapkan Pemilu 2014 bisa menunjukkan hasil yang tuntas bagi kepentingan membentuk pemerintahan bersih dari kompromi politik. "Tapi, kan ternyata hasilnya tidak bisa seperti itu," kata Edwin. (Viva.co.id)
0 komentar:
Post a Comment