Latest News

BANNER

BANNER
Saturday, 8 February 2014

Politik Uang, Nyanda Lawang

Jamal Rahman Iroth (Budayawan Sulut)
Oleh: Jamal Rahman Iroth (Budayawan Sulut)

"kalo nyanda ada doi, nyanda usah ba Caleg", "dorang nyanda mo pilih kasiang, kalo nyanda kase doi", "Caleg yang nyanda bermain doi, berarti nyanda ada doi". 
Ungkapan-ungkapan ini sangat orisinil, karena saya kutip langsung dari mulut para Calon Anggota Legislatif (CALEG) yang akan bertarung di Pemilu 2014.

Di Manado, saya bertemu dan berbincang dengan Caleg dari berbagai Parpol dan saya menyimpulkan, belum ada politisi (kususnya Caleg) yang saya jumpai itu berani maju di arena Pemilu tanpa menggunakan jurus 'Politik Uang'. Sepertinya sudah menjadi mitos jika ingin menang, harus membeli suara.

Sementara lembaga-lembaga konsultan politik harusnya memiliki idealisme dan mengedepankan etika politik, justru turut serta dalam tindakan penjerumusan massal ke jurang penistaan prinsip demokrasi. 

Seorang konsultan politik profesianal bercerita pada saya; bahwa "serangan fajar" tetap menjadi jurus pamungkas dari setiap kontestan Pemilu  yang ingin menang. Kerja konsultan menjadi gampang yaitu membuat klasifikasi, mana pemilih rasional dan mana pemilih pragmatis yang suaranya bisa dibeli.

Dalam seri tulisan-tulisan singkat saya mengenai 'politik uang', saya tidak berpretensi menafikkan uang dalam konteks biaya atau kos politik. Tapi yang membuat saya miris adalah rusaknya tatanan demokrasi kita, akibat prilaku Politisi yang menggunakan cara-cara tidak elok bahkan menggadaikan moral, demi meraih kursi kekuasaan.

Celakanya, hingga kini saya belum menemukan rumusan dari kaum intelektual, akademisi, dan ahli strategi, untuk menghentikan 'politik uang'. Seolah kita hanya bisa pasrah dan membiarkan peradaban kita terus ternodai oleh 'budaya' politik kotor. Wallahualam.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Item Reviewed: Politik Uang, Nyanda Lawang Rating: 5 Reviewed By: Dat-s