Suarasitaronews.com-Jakarta: Positif perkembangan perekonomian global di awal 2014 semakin memperkuat premis titik balik perekonomian dunia setelah selama 5 tahun tersandera krisis. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,2 persen tahun ini dan 3,4 persen tahun depan atau naik dari 2,4 persen tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang diperkirakan mencapai 5,3 persen pada tahun ini, sementara negara-negara berpenghasilan tinggi diperkirakan tumbuh 2,2 persen atau lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar 1,3 persen. Bergairahnya ekonomi dunia dipicu oleh perbaikan ekonomi di Amerika dan sejumlah negara maju lainnya seperti negara Zona Eropa, Jepang, dan Tiongkok.
Pertumbuhan ekonomi Amerika menurut Bank Dunia akan mencapai 2,8 persen tahun ini atau meningkat dari dari 1,8 persen tahun lalu. Sementara di zona Eropa, perbaikan sektor industri di sejumlah negara khususnya Jerman dan Perancis memberi sentiment positif pada pemulihan kawasan ini. Di Jepang, Perdana Menter Shinzo Abe memaparkan bahwa ekonomi Jepang mulai memulih di awal 2014 dengan perbaikan investasi bisnis dan meningkatnya pendapatan rumah tangga. Sementara Tiongkok dan India, juga mulai membaik walaupun masih dibayang-bayangi oleh perubahan struktrur ekonomi Tiongkok dan inflasi di India.Bank Dunia juga melaporkan bahwa negara-negara berkembang akan terkena imbas pemulihan di negara-negara maju dengan hasil variatif namun tetap dalam radar yang positif kecuali di kawasan Timur Tengah yang masih tersandera persoalan politik.
Namun demikian, potensi risiko masih perlu untuk diwaspadai khususnya terkait kerentanan fiskal dan kebijakan suku bunga di Amerika. The Fed, bank sentral Amerika telah memutuskan untuk mengurangi pelonggaran kuantitatif sebesar 10 miliar dollar AS di tahun ini dengan masing masing 5 miliar dollar AS pada treasury and mortgage-backed securities. Sementara untuk kebijakan suku bunga murah akan direvisi jika tingkat pengangguran Amerika berada di bawah level 6 persen. Seperti yang kita ketahui, tanggal 31 Januari 2014 Ben Bernanke akan memasuki usia pensiun dan Obama telah memastikan mengajukan Wakil Ben Bernanke yakni Janet Yellen ke senat sebagai calon tunggal setelah Lawrence Summers (penasehat ekonomi gedung putih dan mantan Menteri Keuangan AS) mengundurkan diri. Pencalonan Janet Yellen ini tentunya memberi kepastian atas kebijakan Bernanke mengingat Janet Yellen merupakan salah satu arsitek dari kebijakan yang selama ini dilakukan Bernanke. Artinya bahwa tapering off akan semakin pasti, sementara kebijakan suku bunga murah akan dihentikan jika pengangguran di Amerika di bawah 6 persen. Kedua kebijakan ini akan menjadi pekerjaan besar bagi Yellen ke depan khususnya sepanjang 2014 ini mengingat arah perbaikan ekonomi Amerika cenderung positif. Angka penganguran Amerika di bulan Desember 2013 menunjukkan penurunan hingga mencapai 6,7 persen atau diperkirakan di kuartal terakhir 2014 akan berada di bawah 6 persen.
Bagi Indonesia, perbaikan ekonomi global akan mendorong ekspansi ekonomi yang lebih cepat khususnya terkait dengan membaiknya pasar ekspor di negara-negara berpenghasilan tinggi. Seperti pada periode Pemilu sebelumnya (1999, 2004 dan 2009), kinerja ekonomi nasional cenderung tumbuh positif di tahun pergantian kepemimpinan nasional. Tahun 1999, pasca-pertumbuhan minus 13,8 persen di 1998 akibat krisis multi dimensi, pertumbuhan bisa didorong positif ke 0,79 persen. Pertumbuhan konsumsi di triwulan II dan III di masa Pemilu 1999 mencatatkan pertumbuhan tertinggi pasca-krisis 1998 mencapai di atas 7 persen. Aktivitas penyelenggaraan Pemilu 1999 telah memberi andil yang besar pada peningkatan konsumsi sepanjang periode tersebut. Indeks harga saham gabungan sepanjang tahun tumbuh positif 70 persen secara agregat.
Begitu halnya dengan Pemilu 2004 dengan tantangan yang berbeda mengingat beberapa bulan setelah suksesi terjadi bencana Tsunami Aceh dan beberapa bencana lainnya. Tahun 2004 merupakan periode penataan kelembagaan dan peletakan fondasi perekonomian nasional yang kokoh. Sepanjang 2004, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,13 persen. Dari sisi sektoral, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan dan penggalian dengan variasi pertumbuhan 7-12 persen. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga, ekspor-impor, dan pembentukan modal tetap menjadi katalis pertumbuhan sepanjang 2004. Indeks harga saham gabungan juga mengalami kenaikan sepanjang 2004 mencapai 46 persen. Di tahun pemilu 2009, atau pasca-krisis global 2008, ekonomi nasional masih dapat mempertahankan kinerja positifnya termasuk di saat digelarnya Pemilu 2009. Pertumbuhan ekonomi masih dapat dipertahankan positif di level 4,6 persen. Pendapatan per kapita 2009 mampu ditingkatkan menjadi 23,6 juta dibanding 10,4 juta di 2004. Cadangan devisa di akhir 2009 melonjak mencapai US$ 66,1 milyar atau dua kali lipat dari 2004 sebesar 36 miliar dollar AS. Indeks harga saham gabungan sepanjang 2009 bertumbuh hingga 87 persen. Konsumsi rumah tangga, investasi dan sektor industri sepanjang 2009 menjadi katalis yang mempertahankan pertumbuhan positif di tengah tertekannya ekonomi dunia pasca-2008.
Bagaimana dengan Pemilu 2014? Berdasarkan data historis di atas, bisa disimpulkan bahawa selama tiga kali Pemilu langsung (1999-2004-2009), kinerja ekonomi nasional sepanjang periode penyelenggaraan pemilu menunjukkan perkembangan positif walaupun dibayang-bayangi sejumlah tekanan. Di 1999, kita menghadapi tekanan internal pasca-reformasi 1998, tahun 2004 bencana terjadi dimana-mana di tengah upaya perbaikan sistem tata kelola, dan 2009 dunia diperhadapkan pada krisis keuangan global di Eropa dan Amerika. Jika kita bandingkan, maka sentimen negatif saat ini (2014) tidak sekuat periode-periode sebelumnya, bahkan di awal 2014 seperti yang sudah saya jelaskan di atas relatif membaik menuju arah pemulihan yang substantif. Tahun 2014, kita juga akan menyelenggarakan Pemilu dan transisi kepemimpinan nasional. Tahun 2014, pertumbuhan ekonomi nasional kita harapkan dapat berada di level 6 persen dengan inflasi yang terkendali di kisaran 4-5 persen. Tentunya perbaikan di sejumlah negara maju akan memberi efek positif bagi Indonesia khususnya di sektor perdagangan dan investasi. Kita juga masih terus memacu pembangunan yang sudah berjalan beberapa tahun ini di samping memperkuat daya beli masyarakat sebagai mesin pertumbuhan nasional. Industrialisasi terus ditingkatkan untuk memberi daya dorong bagi penguatan daya saing industri. Resiliensi ekonomi nasional sepanjang satu dekade ini merupakan modal besar untuk dapat melakukan ekspansi ekonomi di tahun-tahun mendatang termasuk di 2014. Potensi risiko masih tetap ada dan perlu terus dikendalikan, namun peluang untuk terus memacu ekonomi nasional sangat terbuka di masa-masa mendatang. Tahun 2014, tekanan ekonomi global relatif mereda, di sisi lain penguatan ekonomi nasional secara berkesinambungan terus dipacu. Kita berharap sejumlah proses percepatan pembangunan yang sudah dan sedang berjalan dapat dapat terus kita perkuat.
Sektor investasi akan terus bertumbuh di sepanjang 2014 dengan iklim yang terjaga dan tentunya menarik bagi investor global. Perkonomian Indonesia di 2014 akan terus kita pertahankan sebagai salah satu destinasi investasi yang menjanjikan. Tahun 2014, ekonomi kita akan lepas landas, hasil pembangunan akan semakin dirasakan seluruh masyarakat, dan daya saing ekonomi terus menguat. Tentunya ini dapat kita wujudkan jika kepentingan nasional menjadi pemersatu khususnya di saat Pemilu 2014 nanti.
(demokrat/rags)
0 komentar:
Post a Comment