Latest News

BANNER

BANNER
Tuesday, 4 February 2014

Bernilailah demi Hidup yang Lebih Baik


Suarasitaronews.com-Jakarta :Setiap warga Indonesia wajib mengambil bagian dalam kegiatan membangun bangsa tercinta. Pembangunan bisa dilihat dari berbagai perspektif, seperti ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan, serta berbagai dimensi lainnya. Setiap orang mengambil bagian sesuai spesialisasi, keterampilan, dan modal-modal kerja lain yang ada padanya.
Sikap bela negara itu sering disebut dengan nasionalisme. Menjadi seorang nasionalis tidak serta-merta muncul begitu saja. Nasionalisme adalah pilihan sikap dari seorang warga negaea. Salah satu contoh sikap nasionalis di bidang ekonomi, terutama pasar modal, ditunjukkan oleh Presiden Direktur Danareksa Sekuritas, Marciano Hersondrie Herman.

“Memilih kembali ke Indonesia dan bekerja di BUMN justru terasa lain dibanding ketika saya bekerja dan digaji secara sangat berkecukupan oleh perusahaan asing di luar negeri. Ada suatu kebanggaan yang tidak dapat dilukiskan,” ujar Marciano di Jakarta, baru-baru ini.
Bagi Marciano, Indonesia adalah bangsa yang besar. Negeri ini memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Sumber daya alam (SDA) berlimpah dan sumber daya manusia (SDM) yang terus berkembang menjadi dua indikator penting tentang kemakmuran berkelanjutan yang akan dinikmati bangsa Indonesia. Satu hal yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) untuk Indonesia adalah supremasi hukum, terutama di bidang ekonomi yang digelutnya.

Menurut dia, jika segenap anak negeri memberikan yang terbaik untuk Tanah Air, Indonesia akan menjadi bangsa besar. Sementara itu, tugas pemerintah adalah menemukan bakat-bakat terbaik dari masing-masing anak Indonesia untuk dikembangkan dan dihargai secara layak. Pada gilirannya, Indonesia akan bersaing dengan negara-negara lain.

Untuk bisa bersaing dengan bangsa-bangsa besar di dunia, Indonesia harus mempersiapkan diri secara benar. Dari sisi ekonomi dan finansial, badan usaha milik negara (BUMN) adalah garda terdepan untuk berkompetisi. Sebab, pada prinsipnya, BUMN dibangun dengan orientasi jangka panjang dan dana besar untuk kemaslahatan hidup bangsa.

“Kemajuan BUMN bisa membuat bangsa sejahtera. Namun, untuk menuju ke sana, perusahaan-perusahaan BUMN harus memiliki manajemen yang baik dan profesional,” kata Marciano.
Tentu saja Marciano Herman menyimpan banyak obsesi tentang BUMN. “BUMN kita masih punya ruang yang sangat besar untuk berekspansi. Saya bermimpi tentang BUMN Indonesia yang bisa bersaing dengan BUMN-BUMN Singapura, Korea, dan Jepang,” tuturnya.
Lalu, apa kata Marciano tentang hidup? Ternyata bagi eksekutif kelahiran Tanjung Karang, 26 Maret 1968 ini, semua hal akan bermuara pada nilai (value). “Saya suka kata kunci pada dunia pasar modal: value! Value harus diaplikasi pada semua aspek kehidupan. Motto hidup saya, bernilailah! Nilai itulah yang membuat orang untuk berpikir lebih sehat, lebih baik, dan lebih kaya,” paparnya. Berikut wawancara dengannya.

Bagaimana perjalanan karier Anda? 
Saya lulus jurusan akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) pada 1993. Salah satu teman seangkatan saya di FE UI adalah Muhamad Chatib Basri, menteri keuangan saat ini. Sejak 1990, saya menggeluti dunia kerja akuntansi dan ekonomi, terutama pasar modal pada divisi investment banking. Saya bergabung dengan Ernst & Young International pada awal 1990 hingga 1992. Kemudian, saya bekerja di Chrysler Corporation di Michigan, Amerika Serikat (AS). Pada 1994 hingga 1996, saya kembali bergabung dengan Ernst & Young International pada posisi yang sudah lebih tinggi. Saya bergabung dengan Danareksa Sekuritas mulai 1996.

Alasan Anda memilih profesi ini?
Saya berkenalan pertama kali dengan pasar modal pada 1980-an. Ketika itu, kampus FE UI membuat simulasi pasar modal. Sosialisasi bursa efek waktu itu menciptakan rasa ingin tahu yang lebih bagi saya pribadi. Saya tertarik, lalu membeli saham. Saya memilih Astra International waktu itu. Sejak itu, saya bilang pada diri sendiri untuk terus bergelut di pasar modal. Ketika bersama Chrysler di Amerika, saya selalu berpikir untuk kembali dan berbuat sesuatu untuk pasar modal Indonesia.

Kenapa Anda memilih Danareksa Sekuritas?
Pada 1996, saya diajak salah satu petinggi BUMN untuk bergabung dengan Danareksa. Saya sempat mempertimbangkan, namun kemudian pilihan saya jatuh ke Danareksa. Saya beruntung karena saya bisa berada di posisi ini. Saya bekerja sesuai passion saya. Saya mengukur diri sendiri dan saya tahu saya sudah benar berada di tempat ini. Saya berbahagia di Danareksa.
Karena saya berbahagia maka saya tidak segan-segan menolak banyak tawaran dari tempat lain, terutama dari perusahaan asing. Saya selalu melihat, inilah nasionalisme yang bisa saya buat. Saya bertekun pada hal-hal yang kecil seperti ini. Secara legal, saya menjadi presiden direktur sejak 2011. Saya hanya ingin bekerja dan memberikan yang terbaik.

Pandangan Anda tentang pasar modal Indonesia?
Ketika tinggal di AS, saya bertemu sebuah masyarakat yang sudah sangat paham dengan investasi di pasar modal. Orang-orang berbicara tentang harga saham di kedai kopi, pasar, ataupun saat makan bersama di rumah dan pesta. Ini sebuah gambaran masyarakat yang menyenangkan untuk seorang analis dan investment banking di sebuah sekuritas.

Saya pernah membayangkan masyarakat Indonesia mencapai level melek pasar modal seperti itu. Tentu pasar modal kita akan menjadi sangat maju. Harapan ini harus perlu terus dinyalakan. Kita memberikan apresiasi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terus-menerus melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pasar modal.
Pada 1996, ada beberapa analis di AS yang memperkirakan terjadinya sebuah krisis ekonomi. Pada akhir 1997 dan awal 1998, krisis keuangan menghantam Indonesia. Di dunia pasar modal, situasi krisis tentu menjadi tantangan tersendiri bagi divisi investment banking. Divisi ini paling dominan. Maka smart dan value menjadi kata kunci.

Situasi krisis seperti itu membuat kita banyak belajar, terutama belajar tentang pilihan yang harus diambil secara cepat dan tepat. Untungnya, waktu itu Danareksa dan Bahana menjadi tumpuan dan harapan pemerintah. Kami bisa berkomunikasi dengan pemerintah dan kementerian BUMN secara bebas. Pada kesempatan yang sama juga, kami bekerja sama dengan investment banking asing seperti Lehman Brothers, Goldman Sachs, Lynch, UBS, dan JP Morgan.

Pada masa-masa seperti itu, banyak contoh transaksi yang mungkin jarang terjadi kalau pasar sedang sehat. Saat itulah kita belajar banyak hal. Produk-produk pasar modal banyak dipakai dalam rangka restrukturisasi ekonomi Indonesia. Initial public offering (IPO), emisi obligasi, dan hedging menjadi pilihan yang harus dibuat pemerintah dan korporasi.

Yang pertama Anda lakukan saat bergabung dengan Danareksa?
Saya ditugaskan Danareksa di bidang advisory BUMN. Hal pertama yang saya buat adalah mencari pembanding yang super pada BUMN-BUMN Malaysia, Tiongkok, Singapura, dan negara-negara maju lainnya.

Anda berharap banyak pada BUMN, kenapa?
Saya memasang mimpi agar BUMN kita bisa menjadi besar seperti BUMN negara lain. Kita ambil contoh Temasek, Samsung, atau LG. Untuk negara berkembang seperti Indonesia, BUMN harus menjadi dominan. Sebab, tidak dapat dimungkiri, BUMN adalah entitas ekonomi yang bisa bersaing di dunia internasional. BUMN memiliki modal yang kuat, daya saing yang tinggi, dan berorientasi jangka panjang. Ini tentu berbeda dengan korporasi swasta yang murni profit oriented, yang bisa dijual sewaktu-waktu.

Negara sebagai entitas ekonomi membutuhkan BUMN. Kita sudah memilih ekonomi terbuka, maka kita harus siap bersaing di tengah zaman globalisasi dan internet ini. Kita tidak bisa tertutup lagi. Jaringan ekonomi adalah jaringan global. Pengaruh dan persaingan serta kompetisi dengan negara lain menjadi sangat penting. BUMN adalah mesin dan kuda bagi ekonomi negara ini.

Obsesi Anda ke depan?
Saya ingin mengajak sebanyak mungkin BUMN untuk bertumbuh dan berkembang secara maksimal. BUMN kita masih punya ruang yang sangat besar untuk berekspansi. Saya bermimpi tentang BUMN Indonesia yang bisa bersaing dengan BUMN-BUMN Singapura, Korea, dan Jepang.

Apa kiat sukses Anda?
Tulus. Lakukan yang terbaik hari demi hari. Saya selalu menantang diri sendiri untuk melakukan berbagai tugas agar hari ini lebih baik daripada kemarin. Besok juga harus lebih baik daripada hari ini. Karena tulus, maka kita ikhlas. Hal itu berlaku untuk semua. Kuncinya, kita mesti bekerja sesuai passion masing-masing.

Kiat kepemimpinan Anda?
Transparansi, konsistensi, dan kompetisi. Itu seperti organizational behavior dan corporate culture kami di sini. Transparansi mulai dari apa visi yang mau dituju. Kami mempunyai weekly dan monthly meeting untuk membahas progres yang terjadi. Hal itu penting supaya segala rumors tentang upeti, anak emas, perkoncoan, dan lain-lain bisa ditepis.
Masing-masing orang akan dievaluasi. Reward tentu menjadi hal bagi yang bisa berprestasi. Konflik diolah sedemikian supaya masing-masing pihak mendapatkan keterangan yang cukup. Banyak kasus membuktikan bahwa konflik itu muncul lebih karena ketidakpuasan yang tidak bisa dikomunikasikan.

Strategi Anda memajukan perusahaan?
Ada tiga strategi. Pertama, information technology (IT) base. Kedua, knowledge base. Ketiga, activity base. Kami menginvestasikan dana yang cukup besar untuk IT dan human capital (SDM). Semua infrastruktur investasi kami diarahkan untuk berbasis komputer dan terkoneksi. Pada gilirannya nanti IT juga diberlakukan bagi para nasabah dan klien kami. Knowledge base berorientasi pada human capital. Hal itu dimulai dari rekrutmen hingga pemberian reward bagi prestasi-prestasi yang diraih. Setiap human capital dimonitor. Setiap pegawai wajib mengikuti training minimal 40 jam setahun. Pada akhir tahun, selalu ada evaluasi. Kami berharap, masing-masing pegawai tertantang untuk menunjukkan yang terbaik.

Contoh keberhasilan gebrakan Anda?
Pertama, struktur organisasi diubah. Saat ini, Danareksa berorientasi client centered. Kami tidak asal menerima klien atau nasabah. Kami seleksi dengan beberapa kriteria. Lalu, bersama-sama Danareksa, perusahaan itu dibawa ke level yang lebih tinggi, terutama untuk berinvestasi di pasar modal.
Kedua, program berjalan baik. Pada 2013-2014, kami fokus pada perbaikan internal dan pengembangan human capital. Terbukti, profit perseroan tumbuh hampir 500 persen tahun lalu. Pada 2015, kami berencana ekspansi ke luar negeri, terutama negara-negara lain di ASEAN, menyusul market share yang terus naik dan produk yang makin variatif.

Filosofi hidup Anda?
Saya suka kata kunci pada dunia pasar modal: value! Value atau nilai harus diaplikasi pada semua aspek kehidupan. Motto hidup saya, bernilailah! Nilai itulah yang membuat orang untuk berpikir lebih sehat, lebih baik, dan lebih kaya.

Apa yang Anda kejar dalam hidup?
Sekali lagi, value. Nilai hidup yang membahagiakan. Saya berpikir tentang sebuah kehidupan yang berbahagia.

Bagaimana peran keluarga dalam hidup Anda?
Keluarga adalah positive factor dalam hidup saya. Peran keluarga menjadi sangat signifikan. Saya berbahagia bersama istri dan dua anak kami. Kami selalu mencari waktu yang berkualitas untuk bersama-sama. Pada jadwal liburan anak-anak, kami biasa ke luar kota bersama.

Uniknya keluarga adalah ketika kita bisa meremehkan apa yang secara sangat serius kita geluti pada keseharian. Misalnya, uang Rp 1 juta dan Rp 1 miliar dalam keluarga menjadi sangat relatif jika harus dibandingkan dengan cinta dan kehadiran. Pada keluarga, kita menemukan kehidupan yang sangat membahagiakan.

(Beritasatu.com/rags)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Bernilailah demi Hidup yang Lebih Baik Rating: 5 Reviewed By: dhani