Suarasitaronews.com-Beijing : Cina dan Amerika Serikat, dua negara penghasil gas rumah kaca
terbesar di dunia sepakat untuk bekerja sama mengatasi efeknya dalam
perubahan iklim global.
“Cina dan Amerika Serikat akan bekerja sama berkolaborasi untuk
meningkatkan dialog kebijakan, termasuk berbagi informasi terkait
rencana pasca 2020 untuk membatasi emisi gas rumah kaca,” demikian bunyi
pernyataan bersama yang dikeluarkan Cina-AS di akhir kunjungan Menteri
Luar Negeri John Kerry di Beijing, Sabtu, (15/2).
Kedua pihak “berkomitmen untuk melakukan upaya signifikan guna menghasilkan hal-hal yang konkret” pada Dialog Ekonomi dan Strategis AS-Cina ke-enam tahun ini, demikian pernyataan tersebut.
"Kedua pihak reaffirm komitmen mereka untuk berkontribusi secara
signifikan untuk menyukseskan upaya global 2015 dalam memenuhi tantangan
ini,” demikian pernyataan bersama itu.
Perundingan internasional untuk menyepakati lanjutan Protokol Kyoto
1997, kesepakatan internasional pertama dan satu-satunya untuk mengatasi
perubahan iklim akan diselenggarakan di Paris tahun depan. Amerika
Serikat tidak pernah meratifikasi kesepakatan Kyoto itu.
Pakta global baru termasuk janji untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca dan langkah-langkah untuk memberdayakan negara miskin dalam
beradaptasi terhadap perubahan iklim
“Kerja sama Cina-Amerika Serikat ini unik. Kami berharap ini akan
menjadi contoh bagi kepemimpinan dan keseriusan global dalam negosiasi
iklim tahun depan,” kata Kerry kepada wartawan sebelum bertolak ke
Jakarta.
Laporan Panel Antar Pemerintah soal Perubahan Iklim September lalu
menegaskan manusia adalah penyebab utama pemanasan global. Diperkirakan
dampak emisi gas rumah kaca akan dirasakan manusia selama berabad-abad.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan laporan itu merupakan
desakan bagi negara-negara yang selama ini hanya fokus untuk memacu
ekonomi ketimbang memerangi perubahan iklim, agar mencapai kesepakatan
bersama mengatasi pemanasan global 2015.
Ban berusaha membangkitkan kembali perdebatan perubahan iklim global dan meningkatkan peran PBB. Dia menunjuk mantan walikota New York Michael Bloomberg
, mantan presiden Ghana John Kufuor dan mantan perdana menteri Norwegia
Jens Stoltenberg sebagai utusan khusus untuk perubahan iklim .
(tempo.co/rags)
0 komentar:
Post a Comment