Latest News

BANNER

BANNER
Wednesday, 10 June 2015

Hujan Tangis di Lahan Pangiang Saat Rumah Dibongkar Sat Pol PP


Suarasitaronews.com :Ratusan warga yang tinggal di Lahan Pangiang, Kelurahan Molas, Kecamatan Bunaken, Kota Manado berurai air mata, Selasa (9/6).


Mereka menyaksikan rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung dibongkar paksa oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Manado dalam sebuah operasi penertiban.
Di sela tangis, terdengar teriakan-teriakan warga yang menolak penertiban tersebut. Namun para anggota Satpol PP tak memedulikannya dengan terus membongkar bangunan-bangunan itu.
Bukan tanpa perlawanan, namun warga tak mampu berbuat apa-apa, saat ratusan aparat kepolisian juga ikut menjaga proses penertiban, yang dimulai sejak pukul 10.00 Wita.
Proses penertiban pun, pada awalnya tak berlangsung lancar. Belasan warga yang didominasi pria, mulai membentuk pagar berduri, di sekitar area Lahan Pangiang.
Aksi bakar ban pun dilakukan oleh para warga. Pembakaran ban dilakukan di dua titik, yang keduanya terletak di jalan masuk area lahan pangian. Para personel satpol PP pun menunggu di luar lahan.
Sebelumnya penertiban lahan, sempat terjadi diskusi antara dua pihak, yakni warga dan Pemkot Manado dengan masing-masing menggunakan pengeras suara.

Dari pihak pemerintah melalui Rhesky Max Naray mengimbau agar warga segera mengosongkan Lahan Pangiang, karena akan dieksekusi oleh Satpol PP.
Sedangkan dari pihak warga melalui pengeras suara, meminta kepada pemerintah agar bisa menunjukan surat perintah penertiban dari Pengadilan Negeri.
Setelah tak ada hasil tersebut, melalui Komando Kasatpol PP Kota Manado, Xaverius Runtuwene, ratusan petugas Satpol PP mulai memasuki Lahan Pangiang diikuti polisi.
Pada awalnya, terjadi upaya mempertahankan diri dari warga, dengan menolak untuk menjauh dari rumah mereka yang akan dieksekusi. Namun, banyaknya personel Satpol PP dan kepolisian membuat warga tidak bisa
berbuat banyak, saat satu persatu bangunan mereka dirobohkan.
Saat satu per satu rumah roboh, warga yang didominasi wanita kembali histeris. Namun, teriakan dari warga tak diindahkan para petugas, yang mulai merobohkan rumah mereka dengan menggunakan pentungan, balok kayu, hingga batang pohon yang berada di sekitar Lahan Pangiang.
Bahkan, seorang wanita sempat tidak sadarkan diri, saat rumahnya sudah roboh, tinggal tumpukan kayu dan seng.
Kondisi sempat memanas, saat beberapa orang warga melakukan aksi lemparan batu ke arah petugas. Para petugas pun mengejar orang yang diduga melakukan aksi pelemparan.


Bukan hanya dengan batu, petugas juga sempat mengamankan beberapa orang yang diduga provokator dan juga kedapatan membawa senjata tajam.
Sempat terjadi perlawanan dari keluarga orang yang berusaha diamankan oleh petugas. Beberapa orang wanita bahkan mengumpat ketika suami maupun sanak saudaranya dimasukan kedalam kendaraan polisi yang
terparkir di depan Lahan Pangiang.
Kasatpol PP Xaverius Runtuwene mengungkapkan, dalam proses penertiban, ada dua orang petugas Satpol PP yang terkena lemparan batu, dan satu di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit.
Proses penertiban pun terus dilakukan, terutama saat warga sudah tidak lagi melakukan perlawanan.
Tindakan penertiban Lahan Pangiang ini didasarkan pada Perda Nomor18 Tahun 2002 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum, dan Perda No 30 Tahun 1997 tentang Izin Mendirikan Bangunan.
Xaverius menambahkan, tindakan penertiban juga dilakukan karena para penghuni lahan tak pernah melaporkan status kependudukan mereka ke pemerintah setempat, dan tanpa persutujuan dari pemilik lahan.
"Jadi ini bukanlah eksekusi, melainkan penertiban, karena adanya keresahan warga sekitar Lahan Pangiang, yang mulai merasa tidak nyaman. Yang kedua, warga juga telah membangun bangunan di atas lahan tanpa izin, sehingga pemerintah Kota Manado melalui Satpol PP melakukan penertiban bangunan di lahan pangiang, yang mendapat pengawalan dari pihak kepolisian," ujarnya

rumah sudah roboh, bahkan beberapa diantaranya rata dengan tanah. Nampak beberapa warga lainnya yang menolak untuk ditertibkan pun meminta agar mereka sendiri yang membongkar rumah mereka.
Sementara itu, Emmy Umbas, Sekretaris LSM Snak Markus Korwil Sulut yang mewakili warga mengungkapkan, pembongkaran rumah warga di Lahan Pangiang itu melanggar hukum yang ada. Menurut Emmy, tindakan penertiban yang dilakukan oleh pemerintah cacat hukum, karena tidak bisa menunjukan surat perintah yang dikeluarkan oleh pengadilan.
"Ini cacat hukum. Bagaimana mungkin ada tindakan eksekusi tanpa surat perintah dari pengadilan. Kami akan membawa perkara ini hingga ke Mabes Polri," ujar Emmy.
Ungkapan kekecewaan atas adanya tindakan eksekusi juga diutarakan warga. Ayub Mangisabara, perwakilan warga juga mengaku kecewa dengan adanya penertiban yang dilakukan Pemkot Manado.
Bukan hanya karena 800 kepala keluarga dan 1.600 warga yang kehilangan tempat tinggal, namun adanya tindakan eksekusi membuat para warga tidak tahu harus tinggal dimana lagi.
Bahkan, ia sempat membanding-bandingkan kondisi warga Pangiang dengan para pengungsi Rohingnya. "Kami yang tiap hari bayar pajak, diusir dari lahan negara kami sendiri. Sedangkan di sana, warga negara asing Rohingnya malah diberi makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Apakah adil jika kami diusir dari lahan milik negara kami sendiri," ungkapnya.
Vince, seorang warga tak sanggup melihat rumah yang dia tinggali sejak satu tahun lalu hancur. Ia hanya menahan dan memohon agar para petugas berbaik hati untuk tidak menghancurkan rumahnya tersebut.

Tapi karena tugas, permintaan itu tak dikabulkan. "Maaf, kami hanya jalankan tugas, mohon menyingkir, kami juga mengerti tapi ini sudah kewajiban kami," jawab seorang anggota Satpol PP.
Suasana yang sempat mereda kembali ramai, saat Wakil Wali Kota Harley Mangindaan datang untuk melihat kondisi warga. Tak pelak, kedatangan Wakil Wali Kota membuat warga langsung menyerbu dan berusaha mencurahkan kesedihan hati mereka, atas rumah mereka yang telah dieksekusi.
"Pak, kasihani kami. Jika kami diminta pindah, kami minta ganti rugi," teriak warga.
Harley Mangindaan pun berupaya untuk menenangkan warga. Ia kemudian berdoa bersama para warga, agar akan adanya jalan keluar dari masalah yang dihadapi warganya.
Sebelum meninggalkan Lahan Pangiang, ia pun berharap agar warga tidak melakukan tindakan anarkistis yang malah akan merugikan warga sendiri.(trn/rags)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Item Reviewed: Hujan Tangis di Lahan Pangiang Saat Rumah Dibongkar Sat Pol PP Rating: 5 Reviewed By: dhani marketer