Suarasitaronews.com - Ada seorang raja hendak pergi ke pulau seberang. Dia menemui seorang
nelayan untuk membeli sebuah perahu. Si raja sangat marah ketika nelayan
itu tidak mau menjual perahunya.
“Dasar bodoh! Apa masih kurang uang yang aku berikan kepadamu? Katakan
berapa uang yang kamu inginkan maka aku akan memberikannya padamu.”
“Bukan begitu raja. Ini adalah perahu saya satu-satunya. Jika raja ingin
pergi, maka saya akan dengan senang hati mengantarkannya tanpa harus
membeli perahu saya.”
“Aku tidak butuh bantuanmu. Kau bisa membeli perahu yang lebih besar
dari perahumu sebelumnya.”
“Uang tidak akan bisa menjamin keselamatanmu raja. Saya tahu betul
keadaan laut dan perahu ini. Biarkan saya mengantar Anda.”
“Tidak perlu. Saya bisa membeli barang-barang demi keselamatan saya
sendiri.”
Ketika sampai di tengah lautan, turunlah hujan badai. Dengan santai raja
mengeluarkan sebuah payung besar untuk melindungi tubuhnya. Beberapa
saat kemudian perahu mulai penuh dengan air, dan secara perlahan raja
mengeluarkan air itu.
“Ah, semuanya dapat aku atasi dengan baik,” kata raja dengan sombong.
Tiba-tiba ada gulungan ombak besar menghantam perahunya. Raja tidak
dapat menyelamatkan dirinya dan ikut tersapu bersama gulungan ombak itu.
Karena kesombongan dan kekuasaan yang dia punya, hidupnya berakhir
sia-sia.
Selama kita hidup, kita masih membutuhkan pertolongan dan nasihat orang
lain. Semua itu bukan berarti orang lain akan menghambat impian kita
namun justru mereka akan menyelamatkan mimpi kita. Kita terlalu percaya akan diri kita sendiri tanpa ingin mendengarkan apa yang dikatakan orang lain bagi kita. Kita pun terlalu membangga-banggakan kelebihan yang ada pada kita, kekayaan kita, kepandaian kita yang tanpa kita sadari bahwa itu semua berasal dari Tuhan. Kita bisa ada sampai sekarang dan menikmati hidup yang berkelimpahan semua karena Tuhan.
Harta tidak bisa membeli kehidupan karena kehidupan itu berasal dari
Tuhan. Nafas tidak dapat dibeli dengan uang, berapa banyakpun uang kita semua itu tidak akan ada gunanya lagi ketika kita mati.
Ketika kita mendengar kata “tidak” dari orang lain atau bahkan
dari Tuhan sendiri, jangan pernah mengabaikannya atau kita akan
mendapatkan celaka. Seringkali ketika apa yang kita minta kepada Tuhan tidak dikabulkan saat itu juga, maka kita akan marah pada Tuhan, padahal tanpa kita tahu Tuhan memberikan apa yang kita perlukan bukan apa yang kita minta. Kita sering mengabaiakn nasihat dari sesama kita karena kita merasa kita sudah mampu mengatasinya sendiri padahal ujung - ujungnya kita celaka. Sesungguhnya kita akan disebut orang bijak ketika kita mendengarkan nasihat. Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa
mendengarkan nasihat, ia bijak (Ams 12 : 15).
Jadilah orang yang haus akan nasihat karena dari situ kita akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan jangan menganggap remeh orang-orang yang ada di sekitar kita. (renungan.com/mira)
0 komentar:
Post a Comment