Prediksi peneliti berdasarkan pemantauan seberapa banyak air yang
disimpan daerah aliran sungai (DAS) bulanan, sebelum datangnya musim
banjir bandang.
Melansir Live Science, Senin 7 Juli 2014, untuk
mendiagnosa potensi banjir pada suatu daerah, peneliti mengandalkan
pencitraan Satelit kembar Gravity Recovery and Climate Experiment
(GRACE) milik Badan Antariksa AS (NASA).
Satelit yang awalnya diposisikan untuk melacak mencairnya lapisan
es itu, kini bisa dimanfaatkan untuk memantau potensi banjir. Satelit
dapat mengukur perubahan massa misalnya sumber air potensial, perubahan
salju, air permukaan, kelembapan tanah sampai air tanah.
"Ini memberi kita interpretasi yang lebih akurat tentang apa yang
terjadi di lapangan," ujar JT Reager, pakar Ilmu Bumi Universitas
California, yang merupakan penulis studi itu.
Pemantauan satelit akan melihat kondisi tanah jenuh, yang berisi air penuh, sampai memantau saat sudah matang untuk banjir.
Reager bersama koleganya sudah mempraktikkan pengukuran berapa
banyak air merendam tanah, melalui data satelit. Uji coba itu dilakukan
sebelum banjir besar yang melanda Sungai Missouri, pada 2011.
Pada pengukuran itu, peneliti menemukan model statistik yang sangat
prediktif potensi banjir dalam 5 bulan ke depan. Bahkan, prediksi bisa
diperluas hingga 11 bulan ke depan.
Banjir Missouri diketahui berlangsung berbulan-bulan itu
menggenangi antarnegara bagian, melumpuhkan pembangkir nuklir dan
menenggelamkan lahan pertanian. Padahal, Badan Cuaca Nasional, sudah
memperingatkan datangnya banjir sebulan sebelumnya.
Reager berharap metode baru prediksi itu bisa membantu para badan
peramal cuaca guna mempersiapkan datangnya musim banjir. "Ini akan
menjadi luar biasa, jika berdampak positif dan berpotensi menyelamatkan
nyawa," ujar Reager.
Problem pengiriman data
Sayangnya, metode prediksi peneliti itu memiliki beberapa
kekurangan, yaitu metode tak bekerja untuk banjir bandang yang
disebabkan hujan secara tiba-tiba. Sebab satelit hanya melihat banjir
dari sisi kejenuhan melambat tanah.
Selanjutnya, data tidak realtime. Peneliti disebutkan
harus menunggu tiga bulan sebelum mendapatkan data prediksi potensi
banjir dari satelit itu. Namun demikian, kata Reager, NASA terus bekerja
keras agar data bisa dikirimkan dalam waktu 15 hari saja. (viva.co.id)
0 komentar:
Post a Comment