Suarasitaronews.com - Jakarta : Penetapan hasil pemilihan umum presiden
(pilpres) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (22/7/2014) bisa
memberi angin segar bagi pasar obligasi domestik. Terpilihnya Joko
Widodo–Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden tahun 2014–2019
bisa memberikan harapan baru.
Global Markets-Financial Analyst
Manager PT Bank Internasional Indonesia Tbk Anup Kumar mengatakan,
penetapan hasil pilpres setidaknya memberi kejelasan arah bagi kepastian
politik Indonesia.
Hanya saja, pasar modal baik saham maupun
obligasi masih berisiko terkoreksi lantaran pernyataan calon presiden
Prabowo Subianto yang menolak hasil pilpres 2014. “Ini sempat membuat
market panik,” ujar Kumar.
Namun ia menilai, kepanikan pasar ini
tidak akan berlangsung lama. Pasar masih yakin, pasangan Joko
Widodo–Jusuf Kalla bakal memimpin dengan baik hingga masa jabatan
berakhir. Yang kini jadi perhatian pasar adalah komposisi kabinet yang
akan dibangun oleh Joko Widodo – Jusuf Kalla. “Terutama posisi Menteri
Keuangan. Siapa yang akan mengisi,” tambah Kumar.
Pengamat Ekonomi
Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih mengatakan hal serupa.
Menurutnya tren obligasi pemerintah akan naik hingga akhir tahun ini. Hanya
saja, ia menilai tren obligasi korporasi akan sulit menanjak. “Pak
Jusuf Kalla sudah bilang pada 100 hari pemerintahannya akan mengkaji
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi,” ujar Lana. Ini kemudian
menimbulkan ekspektasi harga BBM akan naik pada tahun ini maupun tahun
depan.
Dana asing bertambah
Menurut Lana,
kenaikan harga BBM bakal membuat inflasi naik dan cenderung mendorong
kenaikan BI rate. Jadi, emiten penerbit obligasi korporasi mau tidak mau
harus menawarkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi.
Minat
emiten menerbitkan obligasi mungkin akan berkurang. Apalagi saingan
obligasi korporasi bukan hanya obligasi pemerintah tapi juga deposito di
beberapa bank. “Deposito negosiasi di salah satu bank BUMN misalnya,
menawarkan bunga 11% hanya untuk enam bulan,” ujar Lana. Namun Lana
tetap optimistis total penerbitan obligasi maupun sukuk korporasi
sepanjang 2014 bisa mencapai Rp 50 triliun karena kebutuhannya masih
tinggi.
Dengan ekspektasi segalanya akan berjalan lancar, Kumar
meyakini pasar obligasi domestik bisa terapresiasi. Ia menduga pada
akhir tahun 2014 ini, posisi dana asing di obligasi pemerintah bisa naik
menjadi 36% dengan nominal bisa mencapai Rp 412 triliun hingga Rp 417
triliun.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), per 17
Juli 2014 menunjukkan posisi dana asing di obligasi pemerintah sebesar
Rp 405,39 triliun atau setara 35,63% dari seluruh nilai nominal obligasi
pemerintah yang dapat diperdagangkan.
“Dengan situasi saat ini,
Yield SUN tenor 10 tahun, saya rasa masih di kisaran 8%-8,2% pada akhir
tahun ini,” tambah Kumar. Padahal, yield surat utang itu sempat turun ke
level 7,9%. Namun Kumar menilai, pencapaian itu hanya sebatas euforia
pasca pilpres. (tribunnews.com)
0 komentar:
Post a Comment