(VIVAnews/Muhamad Solihin) |
Suarasitaronews.com - Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengingatkan para menteri ekonomi dan
kepala daerah tentang pentingnya pengendalian inflasi. Hal ini
dikemukakan SBY dalam pembukaan rapat koordinasi nasional Tim Pengendali
Inflasi Daerah 2014 di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu 21 Mei 2014.
SBY
menyatakan, inflasi adalah musuh ekonomi karena inflasi menyebabkan
harga terus naik dan berfluktuasi. “Kita bersusah-payah meningkatkan
penghasilan rakyat, gaji pegawai, upah buruh, dan lain-lain, kalau
harganya terus melambung tentu kenaikan itu tidak ada artinya,” ujar
dia.
Untuk itu SBY meminta agar ekonomi bangsa terus tumbuh. Jika ekonomi tumbuh, maka lapangan pekerjaan akan tercipta.
Menurut
SBY, inflasi kerap terjadi misalnya karena kebutuhan beras masyarakat
yang terus meningkat tetapi pasokan menipis. Akibatnya harga jadi naik.
Sementara di sektor bisnis, jika harga material naik, maka pelaku usaha
juga akan kesulitan menentukan harga.
“Kalau kita sudah tahu
sebabnya (inflasi), mari kelola perekonomian kita. Jangan sampai dua
sebab itu terjadi. Itu teori paling gampang, tetapi terjadi di hampir
seluruh dunia,” ujar SBY.
SBY pun mengingatkan agar jangan percaya pada ‘tangan tak terlihat’ atau invisible hand yang mengatur mekanisme pasar. Menurutnya, invisible hand itu justru akan menimbulkan kegagalan ekonomi, misalnya terjadi distorsi dan spekulasi harga.
“Banyak permainan spekulator yang sering menyebabkan terjadi distorsi,” kata SBY.
Tak
hanya di wilayah domestik, SBY juga mengatakan kerap mengingatkan pada
pemimpin negara G20 untuk berhati-hati dengan pasar. Pasar, ujar dia,
kerap tidak benar sehingga pemerintah tidak boleh lepas tangan dan
menyerahkan semua pada mekanisme pasar.
“Ekonomi ada ujungnya,
kapitalismme, neoriberalisme, tetapi dua-duanya tidak baik. Indonesia
memilih jalan tengah. Pasar adalah ekonomi efisien yang diperlukan,
tetapi karena pasar suka kacau maka diperlukan peran pemerintah,” ujar
SBY.
Ketua Umum Demokrat itu kemudian memberi contoh. Pada saat
harga bahan bakar minyak naik, maka harga bahan pokok pun ikut naik,
tapi kenaikan harga itu bukannya tak terkontrol. Kemudian ketika harga
seharusnya turun, di pasar harga justru tidak turun.
“Dengan
pejelasan itu saya berharap tim pusat dan daerah memahami mengapa
inflasi terjadi. Kontrollah pasar, jangan biarkan berjalan sendiri.
Nanti merusak semuanya, merusak Indonesia dan dunia,” kata SBY.
Dia
juga meminta kepada pemerintah daerah agar ketika pemerintah pusat
menaikkan harga BBM, pemerintah daerah jangan kemudian menaikkan harga
tarif dasar listrik.
“Mbok nanti
kalau sudah baik, sudah stabil, pendapatan rakyat juga sudah mulai naik,
baru dikeluarkan kebijakan (kenaikan TDL) itu,” ujar Presiden yang akan
mengakhiri jabatannya pada Oktober 2014 itu. (viva.co.id)
SBY menyatakan, inflasi adalah musuh ekonomi karena inflasi menyebabkan harga terus naik dan berfluktuasi. “Kita bersusah-payah meningkatkan penghasilan rakyat, gaji pegawai, upah buruh, dan lain-lain, kalau harganya terus melambung tentu kenaikan itu tidak ada artinya,” ujar dia.
Untuk itu SBY meminta agar ekonomi bangsa terus tumbuh. Jika ekonomi tumbuh, maka lapangan pekerjaan akan tercipta.
Menurut SBY, inflasi kerap terjadi misalnya karena kebutuhan beras masyarakat yang terus meningkat tetapi pasokan menipis. Akibatnya harga jadi naik. Sementara di sektor bisnis, jika harga material naik, maka pelaku usaha juga akan kesulitan menentukan harga.
“Kalau kita sudah tahu sebabnya (inflasi), mari kelola perekonomian kita. Jangan sampai dua sebab itu terjadi. Itu teori paling gampang, tetapi terjadi di hampir seluruh dunia,” ujar SBY.
SBY pun mengingatkan agar jangan percaya pada ‘tangan tak terlihat’ atau invisible hand yang mengatur mekanisme pasar. Menurutnya, invisible hand itu justru akan menimbulkan kegagalan ekonomi, misalnya terjadi distorsi dan spekulasi harga.
“Banyak permainan spekulator yang sering menyebabkan terjadi distorsi,” kata SBY.
Tak hanya di wilayah domestik, SBY juga mengatakan kerap mengingatkan pada pemimpin negara G20 untuk berhati-hati dengan pasar. Pasar, ujar dia, kerap tidak benar sehingga pemerintah tidak boleh lepas tangan dan menyerahkan semua pada mekanisme pasar.
“Ekonomi ada ujungnya, kapitalismme, neoriberalisme, tetapi dua-duanya tidak baik. Indonesia memilih jalan tengah. Pasar adalah ekonomi efisien yang diperlukan, tetapi karena pasar suka kacau maka diperlukan peran pemerintah,” ujar SBY.
Ketua Umum Demokrat itu kemudian memberi contoh. Pada saat harga bahan bakar minyak naik, maka harga bahan pokok pun ikut naik, tapi kenaikan harga itu bukannya tak terkontrol. Kemudian ketika harga seharusnya turun, di pasar harga justru tidak turun.
“Dengan pejelasan itu saya berharap tim pusat dan daerah memahami mengapa inflasi terjadi. Kontrollah pasar, jangan biarkan berjalan sendiri. Nanti merusak semuanya, merusak Indonesia dan dunia,” kata SBY.
Dia juga meminta kepada pemerintah daerah agar ketika pemerintah pusat menaikkan harga BBM, pemerintah daerah jangan kemudian menaikkan harga tarif dasar listrik.
0 komentar:
Post a Comment