Suarasitaronews.com-India : Prinsip kegagalan adalah sebuah keberhasilan yang tertunda mungkin
selalu dipegang oleh pria asal India, Shyam Babu Subudhi. Bagaimana
tidak, Subudhi selalu ikut dalam pemilihan umum parlemen di negaranya
sejak tahun 1962, tetapi belum pernah sekali pun dia memenangkan pesta
demokrasi itu.
Dilansir dari kantor berita BBC akhir pekan kemarin, Subudhi yang kini telah berusia 78 tahun, kembali maju untuk kali ke-13 dalam Pemilihan Umum parlemen. Bahkan, di Pemilu kali ini, dia sesumbar memiliki kesempatan besar akan ditunjuk sebagai Perdana Menteri India selanjutnya.
"Publik sudah muak dengan keberadaan pemimpin saat ini, yang kerap berganti partai ketika mereka tidak diberi kesempatan untuk maju dalam Pemilu oleh partainya sendiri," kata Subudhi.
Sementara dia melihat dirinya berbeda. Subudhi selalu setia mencalonkan diri dalam Pemilu secara independen dan tidak tertarik untuk bergabung dengan partai politik mana pun di India.
Dalam Pemilu yang digelar pada Senin, 7 April 2014 kemarin, dia mewakili dua konstituen yakni Berhampur yang terletak di timur negara bagian Odisha dan Aska.
Dia mengenang, titik pencapaian kariernya dalam Pemilu yakni di tahun 1966 silam. Saat itu, dia bertarung dalam Pemilu dengan mantan PM India, PV Narasimha Rao dan ayah dari Kepala Menteri wilayah Odisha, Biju Patnaik. Patnaik diketahui merupakan pemimpin politik yang terkenal dalam sejarah, khususnya setelah India merdeka.
Ketiganya berebut agar bisa memperoleh kursi mewakili Berhampur.
Ditanya motivasinya berada di ring politik, Subudhi menjawab ingin mengakhiri korupsi yang merajalela di India. Namun, bagaimana mungkin dia bisa mewujudkan janji itu, apabila dia tidak didukung suatu partai politik?
"Saya yakin saya akan memperoleh dukungan dari banyak anggota parlemen lainnya," ujar Subudhi percaya diri.
Dia pun berjanji juga akan membuat aturan untuk membatasi agar calon anggota parlemen tidak boleh berusia di atas 60 tahun. Selain itu, dia juga berniat untuk mengakhiri praktik anggota parlemen boleh mewakili lebih dari satu konstituen.
Kampanye yang digunakan Subudhi tergolong unik. Dia tidak menggunakan atribut kampanye yang mewah dan megah seperti layaknya kampanye calon anggota parlemen India lainnya. Dia bahkan menyambangi konstituennya dengan berjalan kaki, mengayuh pedal sepeda, atau bahkan mendorong gerobak.
Publik pun cepat akrab dengan sosok Subudhi, karena penampilan fisiknya. Ke mana pun dia pergi, Subudhi kerap mengenakan topi, jenggot yang tidak dicukur rapih, tas hitam menggembung dan jas usang. Walau cuaca panas sekali pun, jas usangnya itu tetap dia kenakan.
Kendati tidak menggunakan kampanye mewah, namun dana yang dia habiskan cukup besar yakni mencapai 500 ribu Rupee atau setara Rp94 juta.
Pihak keluarga menyebut, tidak ada sepeser pun uang dari keluarga mengalir untuk dana kampanye Subudhi. Mereka sama sekali tidak terganggu dengan seringnya Subudhi ikut serta dalam Pemilu parlemen, tetapi kalah.
"Dia menghabiskan dana kampanye yang dia peroleh sendiri dari kerja kerasnya. Dia juga tidak pernah meminta bantuan kepada orang lain," ujar salah satu menantunya, Rashmita.
Penghasilan sehari-harinya diperoleh dari praktik pengobatan alternatif yang dibuka di rumahnya dan aset properti yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya. Sehingga, Subudhi tidak pernah kehabisan uang untuk membiayai kampanye Pemilunya.
Sayang, di mata sahabat baiknya, Venkat Bihari Praharaj, masih banyak publik yang menganggap keberadaan Subudhi di Pemilu kali ini dengan sebelah mata. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap Subudhi terobsesi lantaran ingin masuk ke Guiness Book of Records atau rekor dunia sebagai pria yang paling sering maju dalam Pemilu.
"Permasalahannya yaitu publik lebih memilih partai ketimbang individu sebagai calon anggota parlemen," kata Praharaj.
Kita lihat saja apakah keikutsertaan Subudhi kali ini dapat tembus parlemen India. Mengingat kebiasaan publik India dari tiap Pemilu tidak mengalami perubahan yang signifikan.(Viva.co.id)
Dilansir dari kantor berita BBC akhir pekan kemarin, Subudhi yang kini telah berusia 78 tahun, kembali maju untuk kali ke-13 dalam Pemilihan Umum parlemen. Bahkan, di Pemilu kali ini, dia sesumbar memiliki kesempatan besar akan ditunjuk sebagai Perdana Menteri India selanjutnya.
"Publik sudah muak dengan keberadaan pemimpin saat ini, yang kerap berganti partai ketika mereka tidak diberi kesempatan untuk maju dalam Pemilu oleh partainya sendiri," kata Subudhi.
Sementara dia melihat dirinya berbeda. Subudhi selalu setia mencalonkan diri dalam Pemilu secara independen dan tidak tertarik untuk bergabung dengan partai politik mana pun di India.
Dalam Pemilu yang digelar pada Senin, 7 April 2014 kemarin, dia mewakili dua konstituen yakni Berhampur yang terletak di timur negara bagian Odisha dan Aska.
Dia mengenang, titik pencapaian kariernya dalam Pemilu yakni di tahun 1966 silam. Saat itu, dia bertarung dalam Pemilu dengan mantan PM India, PV Narasimha Rao dan ayah dari Kepala Menteri wilayah Odisha, Biju Patnaik. Patnaik diketahui merupakan pemimpin politik yang terkenal dalam sejarah, khususnya setelah India merdeka.
Ketiganya berebut agar bisa memperoleh kursi mewakili Berhampur.
Ditanya motivasinya berada di ring politik, Subudhi menjawab ingin mengakhiri korupsi yang merajalela di India. Namun, bagaimana mungkin dia bisa mewujudkan janji itu, apabila dia tidak didukung suatu partai politik?
"Saya yakin saya akan memperoleh dukungan dari banyak anggota parlemen lainnya," ujar Subudhi percaya diri.
Dia pun berjanji juga akan membuat aturan untuk membatasi agar calon anggota parlemen tidak boleh berusia di atas 60 tahun. Selain itu, dia juga berniat untuk mengakhiri praktik anggota parlemen boleh mewakili lebih dari satu konstituen.
Kampanye yang digunakan Subudhi tergolong unik. Dia tidak menggunakan atribut kampanye yang mewah dan megah seperti layaknya kampanye calon anggota parlemen India lainnya. Dia bahkan menyambangi konstituennya dengan berjalan kaki, mengayuh pedal sepeda, atau bahkan mendorong gerobak.
Publik pun cepat akrab dengan sosok Subudhi, karena penampilan fisiknya. Ke mana pun dia pergi, Subudhi kerap mengenakan topi, jenggot yang tidak dicukur rapih, tas hitam menggembung dan jas usang. Walau cuaca panas sekali pun, jas usangnya itu tetap dia kenakan.
Kendati tidak menggunakan kampanye mewah, namun dana yang dia habiskan cukup besar yakni mencapai 500 ribu Rupee atau setara Rp94 juta.
Pihak keluarga menyebut, tidak ada sepeser pun uang dari keluarga mengalir untuk dana kampanye Subudhi. Mereka sama sekali tidak terganggu dengan seringnya Subudhi ikut serta dalam Pemilu parlemen, tetapi kalah.
"Dia menghabiskan dana kampanye yang dia peroleh sendiri dari kerja kerasnya. Dia juga tidak pernah meminta bantuan kepada orang lain," ujar salah satu menantunya, Rashmita.
Penghasilan sehari-harinya diperoleh dari praktik pengobatan alternatif yang dibuka di rumahnya dan aset properti yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya. Sehingga, Subudhi tidak pernah kehabisan uang untuk membiayai kampanye Pemilunya.
Sayang, di mata sahabat baiknya, Venkat Bihari Praharaj, masih banyak publik yang menganggap keberadaan Subudhi di Pemilu kali ini dengan sebelah mata. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap Subudhi terobsesi lantaran ingin masuk ke Guiness Book of Records atau rekor dunia sebagai pria yang paling sering maju dalam Pemilu.
"Permasalahannya yaitu publik lebih memilih partai ketimbang individu sebagai calon anggota parlemen," kata Praharaj.
Kita lihat saja apakah keikutsertaan Subudhi kali ini dapat tembus parlemen India. Mengingat kebiasaan publik India dari tiap Pemilu tidak mengalami perubahan yang signifikan.(Viva.co.id)
0 komentar:
Post a Comment